Siapa sih yang nggak kenal “insecure” ? Ya, sebuah kata atau istilah yang mulai booming dan diperbincangkan di sosial media sejak kurang lebih setahun yang lalu. Bahkan sampai hari ini pun, ketika kita membuka sosial media kita, baik itu instagram, facebook, twiter dan lain sebagai nya, istilah ini masih sering kita baca ataupun kita dengar dari konten – konten yang tersedia di sosial media.

               Istilah insecure ini diambil dari kata Insecurity, yang berarti tidak aman. Sedangkan makna insecure sendiri berarti sebuah istilah yang menggambarkan perasaan seseorang bahwa dirinya dalam keadaan gelisah, takut, malu, hingga tidak percaya diri. Insecure sering di kaitkan dengan rasa tidak percaya diri seseorang dengan keadaan fisik dan materi mereka.

               Hidup menjadi seorang manusia, tentunya harus terus maju dan berkembang. Bertumbuh melalui setiap fase kehidupan manusia. Dalam menjalani kehidupan itu sendiri, tentunya setiap manusia memiliki kehidupannya masing-masing, memiliki kelebihan dan kekurangan yang berfariasi, dan memiliki beragam sifat dan karakter yang berbeda-beda dalam tiap individunya.

               Agar hidupnya terus berkembang menjadi lebih baik, menjadikan seseorang sebagai cerminan adalah hal yang wajib dimiliki oleh setiap manusia. Hanya saja, letakkan semua sesuai dengan porsinya. Karna pada dasarnya setiap yang berlebihan itu akan menjadi buruk pada akhirnya.

               Terkadang memang sulit untuk menerima segala kekurangan yang ada pada diri kita, melihat orang lain yang lebih unggul keadaannya dibanding diri kita. Tidak perlu merasa insecure, cukup ikhlas menerima segala yang ada pada diri kita, terus berusaha agar lebih baik ke depannya. Yakin bahwa segala yang ada pada diri kita adalah yang terbaik untuk kita menurut yang Maha Kuasa.

Bagaimana pandangan islam tentang insecure?

Lantas bagaimana pandangan islam tentang insecure ? Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah [2] : 216, yang artinya

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi [pula] kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

               Pada ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa terkadang manusia itu berlebihan dalam berekspetasi atau salah dalam memaknai arti. Terlalu mengedepankan keterbatasan akal mereka, tidak mau menerima ketetapan dari Allah SWT, padahal Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengatur segala-galanya.

               Oleh karena itu, kita sebagai umat islam hendaknya yakin dan ikhlas akan ketetapan-ketetapan yang Allah SWT berikan kepada kita. Terkadang tanpa kita sadari, hal-hal yang ada pada diri kita adalah yang sangat dimpikan oleh orang lain. Kita terlalu sibuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, mematok standar hidup yang terlalu tinggi, lalai dari intropeksi diri dan mensyukuri apa yang telah Allah SWT beri. menuhankan ego, iri, dan benci. Sehingga diri kita tidak pernah merasakan ketentraman hati

               Padahal Allah SWT berfirman dalam QS At-tin [95] : 4, yang artinya

“Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

               Pada permulaan ayat ini, Allah SWT meletakkan dua penekanan. Tidak cukup satu, akan tetapi Allah SWT meletakkan dua penekanan sekaligus dalam satu ayat, yang artinya Allah SWT sungguh benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sehingga tidak pantas bagi kita yang telah diciptakan dengan sebaik-baiknya ini, untuk mencela diri kita ataupun orang lain dengan keadaan yang ada pada dirinya.

               Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah SWT melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian” [HR. Muslim]

               Hadits tersebut menjelaskan bahwa, yang menjadi tolak ukur manusia di sisi Allah SWT bukanlah seberapa tampan ataupun cantiknya dia, bukan seberapa banyak harta yang telah ia kumpulkan, melainkan seberapa tinggi ketaqwaannya di sisi Allah SWT. Dengan begitu, kita tidak perlu khawatir dan merasa insecure dengan keadaan fisik maupun materi kita saat ini, karna hal yang menjadi tolak ukur manusia di sisi Allah SWT ialah seberapa tinggi ketaqwaan nya kepada Allah SWT.

Syukur atasi insecure

               Pada dasarnya, hakikat dari kebahagiaan adalah dengan bersyukur. Karna dengan bersyukur kita akan merasa cukup, merasa puas dengan segala hal yang ada pada diri kita, sehingga kita akan menemukan ketentraman hati dan makna dari pada kehidupan itu sendiri.

               Terakhir, seperti seorang photographer. Untuk mendapat hasil jepretan yang baik, tentunya kamu harus memotret objek dari angel [sudut pandang] yang baik. Karna dengan begitu ia akan mendapat posisi yang cantik, kolaborasi cahaya yang menarik,  dan tentunya hasil jepretan yang fantastik.

               Dari sini penulis mengambil kesimpulan bahwa, “segalanya tergantung sudut pandang, sisanya menyesuaikan”. Cobalah untuk membuka mata lebih lebar, menyusun pola pikir lebih besar, dan mengokohkan hati lebih tegar. Ketika kita memandang kehidupan kita dari sisi yang baik, Insyaallah segalanya akan terasa lebih menarik.

Wallahua’lam Bishawwab