Penulis: M. Ariq Al-ghifari (Al-Fatih Jurnalism Club)
إذا كان يؤذيك حر المصيف
“Jika sengat musim panas mengganggumu,“
و كرب الخريف و برد الشتاء
“Juga sukarnya musim gugur dan gigil musim dingin,“
و يلهيك حسن جمال الربيع
“Dan keindahan musim semi mengalihkanmu,“
فأخذك للعلم قل لي متى
“Maka katakan padaku; kapan kau akan menuntut ilmu?“
Jadi, apa kekhawatiran terbesarmu? Memasuki usia yang menjelang dewasa ini, kita dihinggapi banyak kekhawatiran yang mengganggu pikiran dan menguras waktu. Saat dunia terasa bergerak maju begitu cepat dan dinamis, tapi kita tidak mampu menyamai langkahnya.
Di tempat ini, kami diajarkan untuk khawatir dengan waktu. Sebagaimana seuntai kalimat Ali bin Abi Thalib; waktu bagaikan pedang. Khawatir, bahwa waktu melesat cepat tanpa terasa dan ketika habis masanya, kita baru menyadari tak mendapatkan apapun kecuali sedikit sekali.
Syair arab di atas adalah tadzkirah bagi para penuntut ilmu, untuk tidak terlena dan teralihkan dengan hal-hal yang mengganggu kita untuk mencapai tujuan, dan menjadikan semuanya alasan. Bagi para penuntut ilmu, waktu yang dimiliki tidak banyak, sementara kelak ketika kembali pada ummat, banyak tuntutan yang menanti. Bagaimana kita akan menghadapinya tanpa ilmu yang mumpuni, akibat lalai tanpa disadari?
الملتفت لن يصل artinya ‘orang yang selalu menoleh kesana-kemari tidak akan sampai ke tujuannya’. Ini juga menjadi pengingat, bahwa fokus pada tujuan adalah hal yang urgen. Bagi seorang penuntut ilmu agama misalnya, ketika dia memiliki waktu 4-5 tahun untuk berkuliah, goal apa saja yang hendak dicapai selama itu? Apa spesialisasi yang hendak diambil? Al Qur’an, Hadist, Fiqih, Nahwu, Aqidah? Buatlah tujuan yang jelas, dengan perkiraan waktu yang diperlukan, supaya ketika sudah sampai di medan ilmu kita tahu harus mengarah kemana. Betapa banyak biaya, rasa lelah, dan waktu yang dikeluarkan, namun semua itu berakhir sia-sia karena kita tak memiliki tujuan?
Di tempat ini, kami menyaksikan langsung orang-orang yang tahu tujuannya, dan cerdas memanfaatkan waktunya. Tidurnya sedikit, makan secukupnya, sementara tangan tak lepas dari kitab dan mulut tak berhenti menggumamkan ayat Al Qur’an dan matan-matan. Mereka tak tahan saat menit-menitnya terbuang begitu saja, tanpa ada faidah yang didapat. Mereka menyadari waktu yang dimilik tidak banyak, sementara tuntutan di negeri asalnya banyak nan mendesak. Mereka menyadari bahwa waktu untuk menuntut ilmu di mata airnya langsung adalah karunia yang tak terhitung harganya, maka mereka mensyukuri dengan mujahadah di siang dan malamnya.
Semoga Allah jadikan kita di antara barisan orang-orang seperti mereka. Aamiin.
Wallahu a’lam bishowab