Ada sebuah kebenaran yang tak terbantahkan dalam hidup ini. Keilmuan yang dimiliki seseorang akan menghadapkan pada dua pilihan, yaitu menjadi seseorang yang beradab atau seseorang yang kehilangan jejak kebaikan. Dalam perjalanan menuntut ilmu yang penuh dedikasi dan kerja keras, ada satu elemen penting yang tak boleh terabaikan, yaitu adab.
Begitu pentingnya adab dalam hidup kita sehingga kita memilih untuk bersahabat dengan orang yang beradab, walaupun ilmunya terbatas. Tidaklah nyaman berteman dengan orang pintar tapi pembohong, atau pintar tapi tidak amanah. Keberadaan ilmu tanpa adab akan membuat hati kita merasa terkekang dalam ketidaknyamanan. Ilmu sejati tidak sekadar berupa angka dan fakta, tetapi juga melahirkan kebaikan dan nilai-nilai luhur yang membawa perubahan positif bagi diri sendiri, keluarga, agama, dan masyarakat.
Ketekunan dan keberanian dalam menuntut ilmu tak cukup untuk meraih kesuksesan sejati. Ilmu yang luar biasa akan terangkat dan bersinar jika ditemani oleh adab yang mulia. Adab menjadi fondasi yang menghiasi diri seorang insan sebelum menggenggam ilmu. Kedudukan atau latar belakang bukanlah penentu kemuliaan seseorang, tetapi adab yang melengkapi ilmu yang dimiliki.
Ilmu yang berkah dan bermanfaat hanya akan menyatu dengan hati seseorang yang beradab. Jika ilmu hadir dalam diri seseorang yang tidak memiliki adab, itu hanya menjadi wawasan dangkal yang tak mampu merubah hidup. Ilmu yang berkah akan membentuk karakter yang mulia, dan hanya dengan adab seseorang akan benar-benar memahami dan mampu mengaplikasikan ilmu dengan baik.
Seorang guru sejati juga melihat adab sebelum memberikan ilmunya kepada murid. Mereka memberikan ilmu dengan tulus kepada mereka yang memiliki adab yang baik. Adab adalah kunci keberkahan dalam menyerap ilmu yang diterima oleh sang murid. Tanpa adab, ilmu yang diterima hanya akan menjadi sia-sia belaka.
Ketika kita melihat kisah Salafus Shalih, kita akan terkesima dengan betapa mereka memperhatikan adab seiring dengan kepentingan ilmu. Mereka menanamkan adab sebelum menanamkan ilmu itu sendiri. Mereka meyakini bahwa adab adalah fondasi kesuksesan dan kebahagiaan seseorang. Kegagalan dan kesedihan hanya dapat disebabkan oleh kurangnya adab. Tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat lebih dari adab, dan tidak ada yang dapat menghalangi kebaikan tersebut selain kurangnya adab.
Adab adalah pelengkap keilmuan kita dalam perjalanan hidup ini. Ilmu tanpa adab hanya akan menjadi hampa dan kehidupan akan kehilangan makna yang sebenarnya. Oleh karena itu, jagalah adab kita seiring dengan peningkatan ilmu yang kita peroleh. Kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dan dihormati oleh orang lain. Ibnul Qayyim rahimahullah di dalam kitab Madarijus Salikin menekankan tentang pentingnya adab bagi pelajar atau penuntut ilmu:
“أدب المرأ عنوان سعادته وفلاحه, وقلة أدبه عنوان شقاوته وبواره, فما استجلب خير الدنيا والآخرة بمثل الأدب, ولا استجلب حرمانهما بمثل قلة الأدب“
“Adab seseorang adalah tanda kesuksesan dan kebahagiaannya. Kurang adab adalah tanda kegagalan dan kesedihan. Tak ada karunia yang paling bisa mendatangkan kebaikan dunia dan Akhirat, melebihi adab. Dan tak ada musibah yang paling bisa menghalangi seorang dari kebaikan dunia dan Akhirat, melebihi kurangnya adab.” [Madarijus Salikin]
Mari kita berilmu dengan tetap beradab, karena adab adalah mahkota yang menghiasi kebesaran ilmu. Dengan mengembangkan ilmu dan adab kita, kita dapat menjadi manusia yang berpengetahuan dan berakhlak mulia. Semoga langkah-langkah kita senantiasa dipenuhi dengan sinar ilmu dan kehangatan adab yang menerangi hidup kita dan menginspirasi orang lain.