Foto Bersama santri dan para asatidz setelah pembagian hadiah dan penutupan Islamic SuperCamp ke-7 di Bumi Perkemahan Wonogondang.

Yogyakarta – Islamic Super Camp (ISC) ke-7 yang diselenggarakan oleh Pesantren Hidayatullah Yogyakarta kembali digelar dengan semangat penuh keceriaan, edukasi, dan pembentukan karakter. Selama tiga hari (20–22 Mei 2025), sebanyak 231 santri jenjang MTs dan MA mengikuti kegiatan ini di alam terbuka yang asri, tepatnya di Bumi Perkemahan Wonogondang, Cangkringan, Sleman.

Agenda ini merupakan salah satu upaya konkret dalam mewujudkan tagline pesantren: #UlamaIlmuwanBerjiwaMujahid dan #QurannyaTerpujiAkademiknyaTeruji. Tidak hanya mendidik santri dalam ruang kelas, namun juga membina ketangguhan mental, fisik, serta spiritual mereka di alam terbuka.

Langit Cerah Sambut Perjalanan Penuh Semangat

Cuaca cerah berawan mengiringi keberangkatan para santri dari pesantren. Udara sejuk dan kabut tipis menyambut rombongan setibanya di lokasi. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Ust. Jundi Iskandar, Lc. selaku Mudirul Ma’had Pesantren Hidayatullah Yogyakarta. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa pembentukan karakter santri tak cukup hanya dengan teori, namun perlu aksi nyata di lapangan. Kegiatan ini menjadi salah satu buktinya.

Kegiatan Outdoor yang Menyatu dengan Ruhiyah

Mengangkat tema بناء شخصية قوية علما وجسدا dengan terjemahan bebas “Membangun Kepribadian Kuat dalam Ilmu dan Fisik”, ISC ke-7 menyeimbangkan antara kekuatan spiritual dan jasmani santri. Dari salat lail berjamaah di sepertiga malam, kajian subuh yang membakar semangat ibadah, hingga senam pagi dengan iringan nasyid Ar-Ruhul Jadid meski gerimis turun ringan, semuanya dirancang untuk membentuk karakter tangguh.

Seorang santri peserta, Ananda Ghulam Amhar Rosyada menyampaikan testimoni, “Kami belajar banyak. Bukan hanya fisik, tapi juga jiwa. Semangat ibadah jadi meningkat. Semua ini karena suasana kebersamaan yang kuat.”

Post-to-Post: Belajar Sambil Bermain

Kegiatan unggulan lainnya adalah post-to-post. Dalam aktivitas ini, santri berjalan sesuai dengan kelompoknya dari satu pos ke pos lain, menyelesaikan misi yang diberikan. Pos-pos tersebut terbagi kedalam 2 kategori: games kekompakan dan pos istirahat. Konsep ini mendorong santri untuk menyelesaikan tantangan, berpikir kreatif, dan berlatih kepemimpinan secara langsung.

Antusiasme terlihat jelas di wajah para peserta. Tawa dan semangat mengalir di setiap tantangan. Meski informal, nilai-nilai ukhuwah dan disiplin tetap menjadi poros dalam setiap aktivitasnya.

Belajar Tak Selalu di Kelas

Pesan penting dari ISC adalah: belajar bisa di mana saja, termasuk di alam terbuka. Para santri diajak untuk tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga kuat menghadapi tantangan nyata. Kegiatan seperti masak bareng, gotong royong mendirikan tenda, hingga saling menjaga saat bermalam menjadi pelajaran kehidupan yang tak ternilai.

“Ini cara kami mendidik ulama sekaligus ilmuwan. Santri tidak hanya menghafal, tapi juga menghadapi realita dengan semangat juang,” ujar Ananda Lalu Indra Permana, salah satu Santri Panitia.

Totalitas Panitia, Cermin Dedikasi

ISC ke-7 ini melibatkan 35 panitia dan 60 asatidz pendamping. Dari bagian logistik, kesehatan, keamanan, hingga dokumentasi—semuanya menunjukkan kerja sama tim yang luar biasa. Panitia dari kalangan santri sendiri turut dilibatkan, memberi mereka ruang untuk belajar memimpin, bertanggung jawab, dan menyelesaikan masalah di lapangan.

Harapan: Santri Kuat dan Berjiwa Pemimpin

Di akhir kegiatan, para santri tampak lebih percaya diri dan bersemangat dalam menjalani aktivitas harian mereka. Diharapkan, kegiatan seperti ISC akan terus menjadi ruang pembinaan yang integratif, menyeluruh, dan berkelanjutan. Santri bukan hanya menjadi penghafal, tetapi juga pribadi beradab, kuat, dan mampu menjadi pemimpin masa depan.


📣 Mari dukung pendidikan Islam yang menyeluruh! Santri Hidayatullah tak hanya kuat ilmunya, tapi juga tangguh jiwanya. Daftarkan anak Anda sekarang!

Leave a Comment