Yogyakarta – Di saat sebagian besar manusia masih tertidur lelap, sekelompok santri dari Pesantren Hidayatullah Yogyakarta bangkit dari tidurnya. Mereka berwudhu dalam hening, menata shaf dengan rapi, lalu menundukkan diri dalam salat lail yang penuh kekhusyukan. Aktivitas ini bukan hanya ibadah malam biasa, melainkan bagian dari program Daurah Marhalah Ula (DMU) 1446 H—sebuah gerakan kaderisasi nasional Hidayatullah yang kini menyentuh santri-santri SMA sederajat se-DIY dan Jateng-Bagsel.
Kegiatan salat lail ini menjadi pembuka ruhiyah yang mendalam dalam program DMU, yang dirancang untuk melahirkan Kader Muda Hidayatullah yang sukses, berprestasi, dan berbahagia. Di sinilah pembentukan karakter dimulai: dari sepertiga malam yang sunyi namun penuh cahaya.
Kaderisasi dan Sepertiga Malam
Salat lail atau qiyamul lail bukan sekadar rutinitas spiritual. Ia adalah latihan ketaatan, konsistensi, dan jiwa kepemimpinan. Santri tidak hanya dituntut untuk bangun lebih awal, tapi juga melawan rasa kantuk dan hawa nafsu, demi melatih diri menjadi pribadi yang tangguh dan dekat dengan Allah Ta’ala.
Suasana yang tercipta saat itu begitu syahdu. Hanya ada cahaya lembut dari arah mihrab, sementara ratusan santri berjajar dalam barisan, menengadahkan hati dalam sujud, memohon ampun dan petunjuk. Tak ada paksaan, semua dilakukan dengan kesadaran penuh—bahwa perubahan besar dimulai dari kesungguhan kecil di malam hari.
DMU 1446 H: Menyatukan Ilmu, Adab, dan Ibadah
Daurah Marhalah Ula (DMU) merupakan program kaderisasi santri Hidayatullah yang dirancang secara sistematis oleh DPP Hidayatullah, melibatkan berbagai lini strategis: Departemen Perkaderan, Departemen Kepesantrenan, Depdikdasmen, Muslimat Hidayatullah, Mushida, dan Pemuda Hidayatullah.
Tujuan besarnya adalah membentuk pribadi santri yang unggul dalam tiga aspek:
- Pendidikan Sistematis Berbasis Wahyu
- Pembiasaan Adab dan Ibadah
- Pembinaan Kepemimpinan dan Organisasi
Salat lail menjadi bagian utama dalam pembinaan ruhiyah santri. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan kader tangguh bukan hanya lewat buku dan pelajaran, tapi juga lewat lantunan doa di malam hari.
Disiplin, Ukhuwah, dan Keteladanan dalam Satu Tarikan Napas
Pesantren Hidayatullah Yogyakarta menempatkan ibadah sebagai poros kehidupan santri. Melalui kegiatan seperti salat lail berjamaah, anak-anak tidak hanya belajar ilmu, tapi juga disiplin dan kekompakan. Momen ini mempererat ukhuwah di antara mereka, menumbuhkan rasa tanggung jawab, dan menanamkan teladan hidup Islami dalam keseharian.
“Wahai Ayah Bunda, inilah jejak perjuangan anak-anak kita di Pesantren Hidayatullah Yogyakarta—ditempa dalam kedisiplinan ibadah, dijaga dalam lingkaran ukhuwah, dan dibimbing menuju kemuliaan.”
Kader Muda yang Siap Menjadi Pemimpin
Dengan tema “KADER MUDA HIDAYATULLAH: SUKSES, BERHALAQAH, BERPRESTASI & BERBAHAGIA”, kegiatan DMU tidak hanya mengajarkan materi keorganisasian dan manajemen halaqah. Tapi juga menanamkan nilai-nilai penting untuk menjadi pemimpin masa depan umat Islam: istiqamah, loyal, dan mampu terjun ke masyarakat.
Para peserta yang mengikuti salat lail adalah bagian dari ±2.000 santri dari berbagai pesantren Hidayatullah yang sedang mengikuti program DMU tahun ini. Mereka berasal dari kelas 11 dan 12 SMA/MA sederajat yang belum pernah mengikuti DMU, dan mengikuti kegiatan ini dari kampus masing-masing di seluruh wilayah DIY dan Jawa Tengah bagian selatan.
Penutup: Cahaya Masa Depan yang Dimulai dari Sujud Malam
Salat lail dalam program DMU 1446 H bukan hanya simbol. Ia adalah pondasi yang kuat bagi para santri yang ingin membangun masa depan sebagai ulama, ilmuwan, dan pemimpin umat. Dari momen-momen seperti inilah, Pesantren Hidayatullah Yogyakarta terus mencetak generasi yang siap menyambung estafet dakwah dan peradaban Islam.
Semoga dari ratusan sujud yang dilakukan dalam kesunyian malam itu, lahir cahaya-cahaya perubahan bagi negeri dan dunia.